Suhu udara hari-hari belakangan ini cukup ekstrem, pada siang hari menembus 40 derajat Celcius. Terik mentari membakar, angin kering berhembus membuat kulit terasa garing, bahkan mengakibatkan kulit sebagian orang seperti bersisik.
Namun, cuaca seperti ini tak lantas membuat semua orang mengeluh. Setidaknya, diantara yang merasa diuntungkan adalah kalangan petani tembakau yang saat ini sedang panen. Tapi ada satu catatan unik, tak banyak warga desa Kacangan yang memiliki lahan pertanian di Desa Kacangan, justru mayoritas lahan pertanian mereka berada di wilayah Desa Mediyunan Kec Ngasem. Letak geografis kedua desa dari dua wilayah kecamatan berbeda tersebut dipisahkan bentangan Kali Gandong.
Pada musim panen tembakau kali ini Poniman juga turut merasakan imbasnya sebagai tenaga jasa angkut dari ladang petani menuju ke rumah petani, atau ke tempat sentra perajangan daun tembakau. Salah satunya terdapat di Desa Mediyunan, Kec. Ngasem, sebelum akhirnya dikirim ke berbagai daerah, diantaranya Jawa Tengah dan Madura.
Kali Gandong Garden
Seperti yang Poniman kerjakan hari ini, dari sejak jam 10 pagi hingga hampir jam 3 sore ini sudah 4 kali hilir mudik mengangkut tembakau ke Desa Mediyunan, Ngasem dengan becaknya melewati rute gang Sadewa lalu melewati jembatan kecil di atas bangunan dam/tanggul sungai atau Kali Gandong. Jembatan kecil tersebut dikenal dengan Jembatan Biru, sebutan tersebut karena jembatan bercat biru, jembatan yang ukuran lebarnya cuma maksimal bisa dilewati becak ini menghubungkan Desa Kacangan Kec. Tambakrejo dengan Desa Mediyunan Kec Ngasem. Dan jalur ini tiap harinya lumayan ramai karena menjadi jalan pintas warga dua kawasan dari wilayah kecamatan berbeda.
Bang Awi : mas Man, mbok yao kalo kerja nyante dikit. Panas-panas gini lho
Bang Awi, pengawas irigasi Dam Nglambangan Kali Gandong, menyapa Poniman dari salah satu gazebo tepat persis di tepi jalan tempat becak Poniman melintas. Tak urung, Poniman pun menghentikan laju becaknya dan memarkirnya di sebelah gazebo.
Poniman : iya bang, ni juga udah mau istirahat. Kerja bisa dilanjut besok lagi. Kalo nuruti kerjaan, gak ada habisnya
Bang Awi : lha mbok ya gitu. Ngobrol-ngobrol di sini dulu sambil minum es, biar seger
Bang Awi memesankan Poniman es degan ke warung tak jauh dari gazebo tempat mereka ngobrol. Tak berapa lama beberapa pemuda dari lingkungan sekitar turut pula nimbrung ngobrol. Obrolan mereka terlihat gayeng dan nyaman karena tempatnya teduh dan angin semilir menambah mereka betah berlama-lama ngobrol tentang banyak hal.
Kawasan di bagian barat persis Jembatan Biru ini kini telah menjadi tempat cukup nyaman untuk rehat, bahkan menjadi alternatif tempat refreshing tak cuma oleh warga sekitar dan desa tetangga, tapi sudah banyak juga pengunjung dari luar daerah sengaja datang di kawasan yang sejak dua tahun lalu disulap menjadi Kali Gandong Garden. Apalagi bila ada event lomba mancing, pengunjung membludak. Salah satu ikon destinasi baru di kawasan Bojonegoro barat ini mulai dikenal masyarakat luas sejak dipublikasikan secara masif oleh KIM (Kelompok Informasi Masyarakat) Cakra Pemdes Kacangan beserta jaringannya dan juga gencarnya situs website Karang Taruna Cakra mempromosikan.
Konsep wisata dipadukan dengan bidang edukasi dan enterpreuner telah dirintis dalam bentuk kerjasama pengelolaan dan pengembangan Kali Gandong Garden oleh Karang Taruna Cakra, Pemdes Kacangan dan Dinas Pengairan. Di sisi bagian utara jalan tak cuma ada warung dan beberapa gazebo yang menyembul diantara taman bunga dan pohon-pohon rindang, beberapa sarana permainan anak seperti ayunan, jumpitan, slorotan, bak pasir, titian balok, dll juga tersedia di ruang-ruang kosong antar gazebo. Tempat wisata alternatif yang murah meriah dan nyaman untuk refreshing keluarga.
Alim (Bendahara KPK-Kelompok Peternak Kacangan)) |
Faktor penunjang lain sebagai tempat wisata edukasi dan enterpreuner, tak jauh dari situ, tepatnya di lingkungan Gang The Green terdapat sentra industri rumah pengolahan aneka produk makanan ringan berbahan dasar pisang. Hal ini selaras dengan potensi Pasar Legi sebagai pasar pisang terbesar di wilayah Bojonegoro barat. Dan sentra peternakan ayam petelur varian Arab, yang dikelola Kelompok Peternak Kacangan (KPK) pimpinan mas Juwadi. Sedangkan di Gang Nakula, warga concern pada sentra industri tahu, tempe dan anyaman bambu, serta tikar daun pandan. Kemudian terdapat pula sentra industri batik beserta show roomnya di kawasan utara Pasar Legi dan gang Gareng. Untuk agrowisatanya tahun ini mulai dikembangkan di wilayah Kacangan utara sekitar gang Yudhistira dan gang Bima I dan Bima II.
Sakitnya tuh Di Sini...
Karena asyiknya ngobrol, Bang awi, Poniman dan beberapa pemuda baru menyadari bahwa hari telah beranjak petang, sebentar lagi masuk waktu Maghrib. Mereka pun menutup obrolan. Poniman melanjutkan menyusuri gang Sadewa, namun sebelum sampai ujung gang, ia membelokkan becaknya ke halaman musholla Baiturrohim untuk tunaikan sholat Maghrib. Saat memasuki kamar mandi musholla untuk menyempatkan bersih diri, adzan Maghrib berkumandang.
Beberapa jamaah dari kalangan bapak-bapak dan ibu-ibu sudah mulai berdatangan. Anak-anak sejak sebelum adzan suara mereka sudah riuh rendah meramaikan musholla. Seperti halnya tradisi di kampung lain, waktu antara adzan dan iqomah mereka isi dengan pujian dan sholawat. Salah satu diantara mereka terdapat anak usia 6 tahun yang tingkahnya cukup atraktif, namanya Toni. Rambutnya di bagian belakang dibiarkan memanjang, dan bagian sisi kanan dan kiri dipotong pendek serta dibuat guratan zigzag ala punk. Tingkahnya tak pernah berhenti, sesekali jemari tangannya membentuk simbol salam tiga jari khas pemusik metal dan ekspresi mimik meringis.
Pada saat anak-anak melantunkan sholawat, tiba-tiba Toni beraksi menyambar mic, dan menyanyi....
Toni : Saakiitnya tuh di sini......di dalam hatikuu.......saakiitnya tuh di siniii......pas kena di hatiku......
Melihat Toni bernyanyi pake mic sambil bergaya seperti penyanyi aslinya, CITA CITATA, kontan bapaknya yang duduk tak jauh darinya langsung menarik tubuh Toni dan mengembalikan mic ke anak-anak. Anak-anak cekakak cekikik melihat ulah Toni. Tampilan bapaknya Toni tak beda jauh dengan anaknya, rambut belakangnya dibiarkan memanjang, bahkan di lengan kiri terdapat tato. Ia adalah warga pendatang, pekerjaannya berdagang pakaian keliling.
Iqomah sudah dikumandangkan, makmum bergegas mengatur shaf hingga rapat dan lurus. Sholat jamaah dimulai dengan khitmad. Namun, pada saat imam hampir selesai membaca surat Al Fatihah, kembali si Toni berulah...
Imam : (pada akhir bacaan surat Al Fatihah) ....waladz dzooolliiiiin.....
Bersamaan dengan ujung bacaan imam, Toni merangsek maju menyambar mic di samping imam, lalu membalikkan badan menghadap makmum sambil jemarinya membentuk salam tiga jari khas metal bak penyanyi di atas panggung, dan teriak....
Toni : Kalian bilang apaaa....????
Makmum : Aaamiiiinn......!!!!
Spontan kekhusyu'an jamaah buyar. Meledaklah tawa seisi musholla, termasuk imamnya juga terpingkal-pingkal. Akibatnya, Toni ditarik bapaknya dan dibawa pulang. Sholat jamaah pun harus diulang. Usai sholat, jamaah tak henti-hentinya membahas insiden tadi sambil cekikikan. Poniman tersenyum kecut.
Warung D'Surty
Poniman kembali mengayuh becaknya, tapi ia tak langsung pulang, melainkan ingin menikmati ketan dan kacang hijau hangat di Warung D'Surty. Lokasinya di pojok ujung gang Sadewa. Saat memasuki warung, di dalam sudah ada pak Kono sedang melahap lontong sambel tempe. Di meja dekat pintu, duduk tiga orang dari desa tetangga sedang ngobrol dan di depan masing-masing terhidang secangkir kopi masih terlihat mengepul dan aromanya menggoda selera. Mereka baru pulang kerja proyekan Exxon, karena terlihat mereka masih mengenakan seragam kerja lapangan.
Kono : (basa basi menawari makan malam) Monggo, mas Poniman
Poniman : Eh...iya pak Kono, terima kasih. Ni lagi pingin ketan.
Kacang ijo satu, de Surti (pesan poniman pada pemilik warung sambil mengambil sebungkus ketan hangat)
Kacang ijo satu, de Surti (pesan poniman pada pemilik warung sambil mengambil sebungkus ketan hangat)
Tak berapa lama terdengar suara sepeda motor berhenti di depan warung, dan dari pintu muncul sosok guru yang akrab dipanggil pak Lug.
Poniman : monggo kacang hijau anget, pak Lug
Lugito : Suwun, mas. Lagi pingin lontong sambel tahune de Surti nih.
Ohya, tadi dari rumah kok terdengar ada anak nyanyi di loud speaker musholla ?
Ohya, tadi dari rumah kok terdengar ada anak nyanyi di loud speaker musholla ?
Poniman : hehe...iya pak Lug, kebetulan tadi saya juga pas sholat di musholla Baiturrohim. Itu anaknya mas Bambang. Anaknya banyak tingkah. Kalau dipikir kadang aneh juga jaman sekarang, model-model tingkah anak seperti itulah yang dibilang anak gaul.
Lugito : iya, kalau dari sisi rasa percaya diri dan keberanian anak sih bagus, cuma dari sisi akhlak, orang tuanya juga harus memperhatikan. Jangan sampai anak terbiasa salah dalam menempatkan sikap dan perilakunya.
Kono : bener pak Lug, anak sekarang jarang punya unggah ungguh sama orang tua. Ngomongnya pake bahasa ngoko (bahasa jawa kasar), malah kadang sikapnya sama orang tua disamakan bak seperti sama teman sekolah.
Suroso : (baru masuk warung langsung ikut nimbrung) gak cuma kasar dalam bahasa, pak Kono, kekerasa pada anak sekarang biyuuh..... Seperti berita di TV baru-baru ini ada kejadian di daerah Bukittinggi, Sumatra Barat anak putri SD dihajar, ditendang, dipukuli sama teman-temannya tanpa ada yang membela. Gara-garanya anak tadi dipalak, tapi gak mau ngasih uang. Dan tragisnya, aksi kekerasan ini sudah berlangsung selama satu tahun. Gurunya gak tahu, sampai akhirnya jadi berita rame
Kono : Eh....lha kok sudah seperti preman gitu, so...
Shodik : (begitu masuk warung gak mau ketinggalan obrolan) Wah...topik obrolannya sepertinya kok menarik
Imam : (salah satu pengunjung warung dari desa tetangga turut berkomentar) kasusnya hampir mirip, di temanggung juga ada, akhirnya anak yang jadi korban dipindah sekolahnya sama orang tuanya. Terus lagi, di Tasikmalaya, pelajar SMP dibantai saat tawuran dengan anak-anak seusianya hingga mati di sawah
Lugito : Aksi kekerasan anak-anak sekarang sudah sangat memprihatinkan
Imam : (menambahkan informasi lagi) moral anak sekarang juga dalam level bahaya. Contohnya, aksi tak senonoh di dalam kelas kerap dilakukan pelajar kelas VII di SMPN 6 Tanjungpinang saat jam pelajaran kosong dengan nonton video porno, setelah nonton dilanjutkan adegan saling ciuman antar siswa. Miris.
Kono : Astaghfirullahal'adzim, lha kok jaman sudah edan bener !!!
Suroso : Gak usah jauh-jauh, kemarin lho baru saja kejadian, gadis Gayam diperkosa di lapangan antara Desa Grebegan dan Sumengko, Kecamatan Kalitidu, dua teman pemerkosa ikut membantu megangi tangan korban, sekarang kasusnya ditangani polisi
Kono : Hadeh...Soo...Soo..., parah. Moga-moga gak merembet di lingkungan kita
Shodik : Lho...pak Kono ini gimana ? Di dekat lingkungan kita juga sudah mulai terjangkit virus amoral lho... Para ABG sudah biasa berbuat mesum alias zina di tempat-tempat tertentu, seperti sekitar Jabal Teger, simpang tiga hutan Paldaplang, hutan Kahyangan Api, bahkan di sekitar kita konon juga ada ABG cabe-cabean dan cabutan, sedangkan orang tuanya gak ngerti.
Kono : Ahemmm....bener-bener sudah zaman akhir, Dik
Shodik : Coba dipikir-pikir, kalau sudah seperti ini kita mau nyalahkan siapa ? Sekolah ? Waktu di sekolah itu lho cuma berapa jam ?! Itu pun terkadang anak berangkat dari rumah pakai seragam, tapi gak pernah nyampe di sekolah karena janjian kencan dengan pacarnya sesama siswa entah di mana.
Sedangkan orang tua yang petani atau pedagang, biasanya sudah berangkat kerja sebelum anak berangkat sekolah dan pulang kerja hampir Maghrib.
Suroso : Wah...peluang berbuat amoral longgar banget, mas Dik ?
Shodik : Lho...iya, So. Malah kalau zina gak butuh pergi jauh, cukup di rumah gak ada orang. Apalagi sarana pemicunya kerusakan moral malah disiapkan orang tuanya, seperti HP, laptop, sepeda motor dll. Coba tanya pak Lugito, sudah berapa anak usia SLTP dan SLTA di sekitar kita yang hamil di luar nikah ?
Shodik : Kalau menurutku ya gitu, daripada anak orang dikewar-kewer tanpa status jelas, mending kawinkan saja hehe....
Lugito : Hehehe.... Iya bener. Yang sampeyan ceritakan tadi mas Sadik, dan itu sudah menjadi rahasia umum. Sekarang ini masalah moral tak ada bedanya antara kota dan desa. Free sex di kalangan ABG sekitar kita bukan lagi hal tabu yang memalukan. Pengaruh HP, internet, sinetron, video games, film dan aneka budaya barat/asing seperti badai yang mengurung dan siap melumatkan kita dan anak cucu kita.
Imam : Memang bener kok pak Lug, tetanggaku belum lama ini juga dibuat geger oleh anak-anak usia TK yang memperagakan adegan syur layaknya hubungan suami istri saat di rumah tak ada orang, mereka meniru VCD milik orang tuanya yang mereka tonton akibat orang tuanya teledor tidak menyimpannya. Terus yang lebih parah lagi, ada ABG tetanggaku yang mengupload foto-foto bugilnya di akun FB miliknya
Suroso : Hahaha.... ajuur..juum...juum...!!!
Poniman : Gak usah putus asa melihat bobroknya lingkungan kita, mas Suroso. Bagaimanapun juga kita harus mencari solusi untuk menyelamatkan generasi anak cucu kita. Kalau tidak kita, siapa lagi ? Kalau tidak sekarang, kapan lagi ?
Suroso : Cocok, mas Man, sampeyan kok kayak jurkam aja hehehe....
Lugito : Ya, diantara solusinya sekarang ini di bidang pendidikan ada perubahan kurikulum yang lebih dikenal dengan kurikulum 2013 atau K13. Yang menarik, K13 ini sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial, baik tingkat lokal, nasional maupun global. Standar penilaian siswa tak cuma pada nilai ujian saja, tetapi juga nilai kesopanan/sikap/budi pekerti, religi, praktek ketrampilan. Pendidikan karakter dan budi pekerti diintegrasikan/disatukan ke dalam semua program study/pelajaran.
Shodik : Teorinya memang bagus, pak Lug. Tapi pelaksanaannya bagaimana ? Apa semudah itu ? Lha di sekitar kita saja lho....masih ada guru yang punya pekerjaan sambilan, tapi justru pekerjaan sambilannya jadi pekerjaan utama, sedangkan ngajarnya malah jadi kerjaan sambilan. Dunia kebalik hehehe....
Lugito : Hehehe....kalau itu kasuistik, jangan digebyah uyah, mas.
Imam : lha di kampungku malah ada guru yang ngajar sesempatnya. Seminggu terkadang cuma sehari ngajar, itupun datangnya jam 10.00 WIB, sebelum Dzuhur sudah pulang. Gak nyadar kalau makan gaji buta. Guru yang ngajar sekedar gugur kewajiban juga gak sedikit. Indonesia mestinya bisa nyontoh Cina, di sana sudah ada 160.000 PNS yang dipecat akibat nerima gaji buta.
Suroso : Wow....jos gandos kalau di Indonesia bisa diterapkan
Lugito : Tapi jujur saya akui, untuk saat ini memang masih banyak guru yang secara mental belum siap dengan K13. Dan sekarang ini upaya penyiapan terus menerus dilakukan.
Suroso : Ya moga-moga aja segera siap semua, biar sepadan dengan gaji yang mereka terima hahaha....
Poniman : Cuma kita juga harus menyadari, tidak sepenuhnya tanggungjawab anak ada pada sekolah. Pengawasan terhadap anak di rumah dan pergaulan lingkungan juga harus dimaksimalkan. Termasuk ketika memberi fasilitas HP dan perangkat teknologi lainnya, harus benar_benar selektif.
Shodik : Setuju mas Poniman, kegiatan dan suasana keagamaan harus lebih ditingkatkan di rumah dan lingkungan kita, karena itu bisa membentengi anak-anak kita dari budaya bobrok
Ditengah hangatnya perbincangan mereka, suara Adzan berkumandang dari musholla Baiturrohim. Pertanda telah masuk waktu Isya'. Mereka pun mengakhiri obrolan dan keluar dari Warung D'Surty dengan bongkahan beban di benak dan pikiran masing-masing tentang fenomena kemerosotan moral generasi anak cucu.
******-------------------*****
To Be Continue....(bersambung)
Catatan : Maaf bila terdapat kesamaan nama tokoh dan alur cerita dengan realitas yang ada. Serial obrolan imajiner ini semata ditulis dengan tidak ada maksud lain kecuali untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan. Sedangkan pengambilan setting lokasi Desa kacangan dimaksudkan untuk lebih mengentalkan nuansa emosi pembaca, serta mengangkat hal-hal yang terjadi pada realitas kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Kacangan.
Kritik/saran/masukan yang bersifat konstruktif (membangun) dari siapapun sangat kami harapkan. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar