Selepas mandi sore Poniman segera berpakaian rapi, berkopiah kemudian pamit dengan orang rumah sekalian ijin pulang ke rumah agak malam, karena hingga tengah malam nanti ada pekerjaan yg harus ia tunaikan.
Poniman mengayuh becaknya menyusuri jalan yang petang itu lumayan banyak kendaraan roda dua berlalu lalang. Ada juga beberapa pejalan kaki yang berjalan searah dengannya, mereka adalah warga yang berada di sekitar lingkungan masjid yang tengah bergegas menyambut seruan adzan Maghrib.
Becak Poniman memasuki halaman masjid Mujahidin Kacangan dan diparkir di ujung timur tempat parkir yang terlihat masih ada tersisa tempat selebar ukuran becak. Sementara di sisi becak Poniman hingga ujung paling barat tempat parkir sudah penuh berjajar sepeda motor jamaah, bahkan sebagian masih ada yang diparkir di bagian halaman sisi selatan. Petang ini jumlah jamaah lebih banyak dari biasanya.
Gema suara adzan yang dilantunkan Nuli masih berkumandang dari dua menara masjid yang menjulang megah di bagian kanan dan kiri teras masjid. Beberapa jamaah, yang berasal dari desa tetangga, usai berwudlu terlihat bergerombol sambil melihat langit bagian timur. Poniman penasaran dan ikut mengarahkan pandangannya ke langit, dan.......masya Allah.... bulan yang seharusnya terlihat penuh terlihat seperempat sisinya gelap...berarti petang ini Allah menunjukkan Kekuasaan dan KebesaranNya dengan peristiwa Gerhana Bulan.
Usai adzan, jamaah yang masih berada di luar segera memasuki masjid bergabung dalam shaf jamaah yang telah datang lebih dulu, dan menunaikan sholat tahiyatul masjid secara fardiyah (sendiri-sendiri). Demikian juga dilakukan oleh jamaah putri yang berada di lantai dua. Beberapa jenak kemudian, iqomah dikumandangkan. Namun, sebelum sholat Maghrib berjamaah dimulai, Pak Kasripan, selaku imam menyampaikan taklimat/pengumuman.
Kasripan : Jamaah sekalian, hari ini Rabu 8 Oktober 2014 telah terjadi peristiwa Gerhana Bulan. Setelah sholat Maghrib, kita nanti akan melaksanakan sholat Khusuf (gerhana bulan). Hukumnya sunnah muakkadah. Sholat Khusuf terdiri dari 2 rakaat, dalam 1 (satu) roka'at ; terdapat 2 kali al Fatihah, 2 kali baca surat, 2 kali ruku', 1 kali I'tidal, 2 kali sujud & 1 duduk diantara dua sujud - duduk Tasyahhud - salam. Adapun khutbahnya nanti akan disampaikan oleh ustadz Ahmad Shodikin. Sekian dan terima kasih.
Pelaksanaan sholat Maghrib yang dilanjut sholat Khusuf (gerhana bulan) diikuti hampir 6 shaf penuh jamaah putra, dan berjalan cukup khidmat. Tak lama berselang dari kalimat terakhir ust Ahmad Shodikin dalam khotbahnya, waktu sholat Isya' pun datang menjelang. Setelah adzan, jeda sholat sunnah dan iqomah, Jamaah selanjutnya melaksanakan sholat Isya. Sebelum keluar masjid Poniman masih menyempatkan diri berjabat tangan dengan jamaah lain, beberapa diantaranya ada yang belum ia kenal.
Rembulan sudah kembali menampakkan wajahnya, meski belum sempurna, dan warnanya merah darah, sehingga banyak orang menyebutnya peristiwa kali ini dengan Blood Moon. Poniman kembali mengayuh becaknya menuju Desa Ngambon. Dalam perjalanan ia membelah keramaian di sepanjang jalan kawasan depan Pasar Legi. Tak cuma ramai oleh kendaraan berseliweran, namun pemandangan antrian orang berderet di depan lapak para pedagang makanan dan minuman yang semarak berjajar di halaman Pasar Legi.
Setiap sore hingga larut malam di sepanjang kawasan Depan Pasar Legi menjadi surga kulinernya warga desa Kacangan dan sekitarnya. Aneka pedagang jajanan, gorengan, makanan dan minuman berjajar rapi bertaburkan sinar terang lampu taman. Mulai dari nasi goreng, bakso, mie ayam, martabak, terang bulan, lontong tahu, sate ayam/kambing, aneka makanan gorengan dan minuman lainnya bak berlomba menggoda selera lidah setiap orang yg melewati kawasan tersebut.
Poniman terus melaju karena setelah Isya ia harus sudah sampai di rumah salah satu warga desa Ngambon yang meminta tolong membantu persiapan hajatan pengajian walimatul khitan.
Jarum jam sudah menunjuk di angka 22.10 WIB. Kepulangan Poniman dari Ngambon diiringi turunnya embun tipis. Aroma tanah liat basah yang terkena titik-titik embun menebar aroma khas. Saat melewati depan Pasar Legi, suasana sudah agak sepi. Sebagian pedagang sudah menutup lapaknya. Salah satu yang masih buka Warung Pernah Muda milik bang Iqom. Warung yang kesehariannya banyak dikunjungi terutama cewek-cewek ABG, selain karena cita rasa menunya yang mak nyus..., juga karena pemiliknya seorang pemuda ganteng yang masih jomblo menjadi magnit tersendiri. Poniman membelokkan becaknya ke sisi Warung Pernah Muda. Ia pingin menikmati hangatnya kacang hijau, salah satu menu andalan bang Iqom.
Malam makin larut dan dingin kian menyergap. Semilir bersama desiran angin malam bait-bait....Jika surga dan neraka tak pernah ada...masihkah kau sujud kepadaNya...... Senandung lembut milik Ahmad Dhani feat Chrisye sayup menyeruak dari sound system kecil yang tertempel di pojok ruang makan lesehan bang Iqom. Sedangkan nampak beberapa cah Kacangan sedang asyik ngobrol. Bagi sekelompok anak muda Kacangan, meski dingin dan embun mulai luruh, tak lantas sampai harus meniadakan agenda cangkrukan. Betapapun, bagi mereka cangkrukan adalah sarana refreshing untuk melepaskan kepenatan setelah seharian mereka kerja. Tak jarang inspirasi menata masa depan pun mencuat ditengah-tengah obrolan, canda dan gurauan diantara mereka, kadang bermula dari sekedar tukar informasi ataupun sharing.
Malam merambat perlahan, hawa dingin pun kian menyergap tubuh mereka bersamaan dengan turunnya titik-titik embun yang kian memperpendek jangkauan jarak pandang. Namun kehangatan kebersamaan mereka tiba-tiba terusik oleh pemandangan ganjil yang terlihat tak jauh dari tempat kongkow mereka, warung Bang Iqom. Sesosok perempuan berusia menjelang senja yang terlihat berjalan mondar-mandir sambil menggendong seorang balita. Salah seorang diantara mereka mencoba mendekatinya untuk mencari tahu tentang perempuan yang gerak-geriknya menyiratkan beratnya beban yang ada dalam gendongannya. Tak lama beberapa yang lainnya pun menyusul mengerubuti perempuan yang akhirnya diketahui adalah warga desa tetangga.
Cecaran pertanyaan mereka akhirnya membuat perempuan itu bertutur tentang potongan kisah perjalanan hidup yang ia alami.
Perempuan : Balita yang tergolek dalam dekapanku ini cucuku yang selama ini aku rawat seorang diri.
Vivick : lha terus ibunya kemana, bu ?
Perempuan : ibunya bekerja di Lamongan, sedangkan bapaknya merantau ke Kalimantan sudah beberapa tahun lalu.
Muchid : Ibu kok malam-malam begini di sini sambil gendong cucu, emangnya cucunya sakit ya, bu ?
Perempuan : Sudah beberapa hari cucuku tak lagi minum susu karena aku tak ada lagi punya uang simpanan buat membelinya.
Sepertinya sang balita juga mengalami gangguan pernapasan, hingga suara lirih tarikan napasnyapun terdengar jelas. Menurut penuturan perempuan itu, sejak pagi si cucu dibiarkan begitu saja tergolek di rumah, karena untuk membawanya berobat tak lagi ada uang. Malam itu ia nekat membawanya keluar rumah karena sudah tak kuat lagi menyaksikan penderitaan cucunya. Itupun ternyata hanya mondar-mandir kebingungan yang bisa ia lakukan sebelum akhirnya dikerubuti anak-anak muda Kacangan ini.
Menyimak penuturan perempuan yang diwarnai raut muka panik, bingung itu dan menyaksikan langsung kondisi balita yang mengenaskan, tak pelak menyentakkan nurani kemanusiaan anak-anak muda Kacangan ini. Mereka minta ijin pinjam becak Poniman dan dengan kompak langsung memboyong perempuan dan balitanya tadi ke Klinik Nita (utara masjid Mujahidin Kacangan).
Bowo : ayo bu, naik becak pelan-pelan. Kita antar ke bu Nita, biar diperiksa dan cucu ibu diobati
Perempuan : tapi aku gak punya uang sama sekali, dik
Bang Iqom : sudah...ibu gak usah mikir. Biar teman-teman yang ngurus
Sesampainya di tempat Klinik Nita dan diperiksa seperlunya, akhirnya dipasang tabung oksigen untuk bantuan pernapasan dan dari hasil pemeriksaan diputuskan untuk dirujuk ke RSUD Bojonegoro. Perempuan itu akhirnya menangis sesenggukan, tak tahu harus berbuat apa.
Cholik : sudah buu..., ibu gak usah sedih dan nangis, teman-teman akan membantu ibu. Yang penting sekarang cucu ibu bisa diselamatkan
Luar biasa…anak-anak muda itupun tak ingin setengah-setengah dalam membantu. Dengan sigap mereka segera bergerak mengetuk pintu rumah Pak Indut untuk meminta bantuan kendaraan pengantar merujuk ke Bojonegoro, karena kendaraan klinik sedang dibawa keluar daerah. Diantara mereka pun turut mendampingi hingga sampai ke Bjn, sembari menyusun pembagian tugas untuk melobi Perangkat Desa keesokan harinya berkaitan dengan urusan administrasi keringanan biaya berobat (Jamkesda).
Masya Allah……anak-anak muda Kacangan selain dikenal kaya kreatifitas, hati dan pikiran mereka juga masih memiliki kepekaaan terhadap sisi kemanusiaan.
Diadaptasikan dari TRUE STORY….
To Be Continue....(bersambung)
Catatan : Maaf bila terdapat kesamaan nama tokoh dan alur cerita dengan realitas yang ada. Serial obrolan imajiner ini semata ditulis dengan tidak ada maksud lain kecuali untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan. Sedangkan pengambilan setting lokasi Desa kacangan dimaksudkan untuk lebih mengentalkan nuansa emosi pembaca, serta mengangkat hal-hal yang terjadi pada realitas kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Kacangan.
Kritik/saran/masukan yang bersifat konstruktif (membangun) dari siapapun sangat kami harapkan. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar