Sabtu, 30 Agustus 2014

Serial : Obrolan Poniman Bag. 2

 

Anak Shalih Itu JUARA, bukan PECUNDANG


Hari sudah agak sore, namun terpaan sinar matahari masih terasa menyengat di kulit, apalagi beberapa gerombol mendung tipis bergelantungan di langit menyebabkan udara terasa semakin gerah. Poniman mencoba mempercepat kayuhan kakinya di pedal becak , kendaraan satu-satunya yang ia miliki dan menjadi alat mengais rizki sehari-hari.

Sepanjang menyusuri jalan dari Pasar Ngambon sampai Pasar Legi Kacangan ia hanya berpapasan dengan beberapa sepeda motor saja.  Cuaca gerah membuat orang enggan keluar rumah. Ia pun saat itu juga ingin segera sampai di rumah dan istirahat.  Tetapi saat melintas di jalan depan bengkel Sarjiyo, tiba-tiba ada suara panggilan ke arahnya dari seorang ibu yang sedang belanja di Toko Mbal Il. Ia pun bergegas menghentikan laju becak dan menghampiri ibu tadi.


Ibu : Mas, tulung diangkutne barang belanjaanku ning Sendangrejo yo ? Tapi mengko disik, aku isek nutukne belonjo disik.

Poniman : Nggih, bu.  Njenengan rampungke angsale blonjo rumiyin, kulo tunggu wonten sebelah kidul ngriki. (Seulas senyum menghiasi wajah ibu tadi begitu mendapat jawaban ramah Poniman)

Poniman mendorong becaknya ke bawah pepohonan rindang di depan Toko alat rumah tangga Sapari. Terlihat di teras toko ada tiga ABG ; Rudi, Imam, Hanif sedang asik bercengkerama. Poniman ikut duduk di teras, bersebelahan dengan tempat mereka mengurai obrolan santai. Kehadiran Poniman tak mengganggu suasana obrolan mereka, meski celotehan sempat berhenti sejenak.

Rudi : Mam, ngko bengi nggarap PR ning omah kene yo ? ben diwarahi mbak Hanif.

Imam : Ogah..ah..!

Hanif : Yo, Mam, timbangane awakmu ning omah belajar dewe, nek enek sing angel ngerjakno kan gak enek sing marahi….

Imam : Kok mekso to ?!

Rudi : Gayamu koyok wis pinter dewe, maaam…..mam..!!!


Imam : Emang kalo loe gak pinter dan gue pinter, terus  gue harus koprol dan bilang wow gitu ? (meniru ungkapan yang sekarang  sedang menggema setiap jam di layar kaca lewat iklan Operator Seluler.)

Mendengar ungkapan Imam, Poniman jadi tergelitik ikut nimbrung obrolan mereka.

Poniman : Hehehe…. Adik-adik, sampeyan ngerti to arti ungkapan sing ditiru Imam mau ? dan asal muasale ? Iku mau adalah ungkapan seorang pecundang (looser) yang gak mau mengakui kesalahannya dengan menolak rival/saingannya.

Hanif : Iyo, mas. Sampeyan tatar cah iki…. (sambil menunjukkan ekspresi kesebalan pada Imam)

Poniman : Iku mau yo…, sebuah ungkapan anak alay yang mencerminkan bukan wajah dan perkataan seseorang yang shalih. Anak shalih akan mengatur gaya bahasanya dengan sopan , baik kepada siapa saja ia berbicara. Bahkan dengan rival saingannya sekalipun. "Terimakasih ya." atau "maafkan saya kalau keliru", itu lebih baik daripada mengungkapkan dengan bahasa alay. Ungkapan ini mulanya berasal dari seorang pemeran sinetron di RCTI bernama Cherry yang selalu kalah saingan dengan Tiara. Ungkapan alaynya selalu keluar seperti itu. Dan terus meluas ke semua lapisan menjadi bahasa kamus gaul.

Imam : Ooo…ngono yo, mas ??!! (Imam mulai menyadari kekeliruannya)

Poniman : Jadi, apike buat anak yang setiap hari rajin shalat 5 waktu, membaca Qur'an dengan istiqomah, menyayangi Allah, Rasulullah dan kedua orangtuanya, pastinya gak mau dooong….. jadi seorang pecundang kelak di masa depan dengan selalu berbahasa pecundang.

Saat seru-serunya obrolan, tiba-tiba ibu yang sedang belanja tadi memanggil Poniman, karena urusan belanjanya sudah beres. Ia  pun dengan sigap berdiri dan tak lupa memberikan pesan kepada tiga ABG sambil berpamitan.

Poniman : Ingat ya…., lisan adalah doa. "Berbahasa lembut, tutur sopan dan gaya biasa aja, tapi ibadahnya kenceng, itulah kekasih Allah". Nabi Muhammad SAW bersabda : "Bicaralah yang baik atau diam" (Muttaffaqun'al aih). Oke, anak sholih itu JUARA, bukan PECUNDANG !!! Muslims are Champion, Not Looser !!!

Hanif : Wah… sampeyan thik joss tenan, mas. Tukang becak gaul !!! (Hanif mengantar kepergian Poniman dengan senyum lebar berselipkan rasa kekagumannya pada sosok Poniman)

 (bersambung) to be continue....

Catatan :
Maaf bila terdapat kesamaan nama tokoh dan alur cerita dengan realitas yang ada. Serial obrolan imajiner ini semata ditulis tidak ada maksud lain kecuali untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan dengan mengambil setting lokasi Desa kacangan untuk lebih mengentalkan nuansa emosi pembaca, serta mengangkat hal-hal yang terjadi pada realitas kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Kacangan.
Kritik/saran/masukan yang bersifat konstruktif dari siapapun sangat kami harapkan. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar